Jumat, 09 Oktober 2015

Segitiga

Putri dan suaminya muncul setelah aku menekan bel rumahnya. Seperti biasanya, dia selalu tampil menawan. Selalu bisa membuat dadaku berdesir.
Aku akui, aku sedikit kikuk ketika Putri serta merta mencium pipiku di depan suaminya. Meskipun kami sering melakukan hal yang lebih dari ini ketika suaminya tak ada di rumah.
Ya, aku lah yang mengisi malam-malam sepinya ketika dia sendirian. Akulah yang menggantikan tugas suaminya ketika suaminya jauh di tengah laut.
Joko, suami Putri yang pandai memasak, akhirnya mempersilahkanku untuk masuk ke rumah.
“Ayo masuk mbak Nurul. Nanti makanannya keburu dingin,” ucapnya sambil tersenyum.
Lalu kami semua masuk ke rumah.