Bogor, kota yang dikenal dengan
ceweknya yang cantik kota hujan, tampak sejuk meskipun matahari bersinar terik.
Beberapa angkot yang jumlahnya entah sampai seribu atau tidak, lalu lalang di
jalanan. Becampur dengan beberapa mobil dan motor berplat “B” yang juga
ikut-ikutan memadati jalanan. Saya juga tak mau kalah, motor saya yang berplat “W”
juga ikut menyelip-nyelip di tengah padatnya lalu lintas kota Bogor.
Kurang afdhol rasanya ke Bogor
tapi belum incip-incip makanan di Bogor. Sehingga saya mantapkan hati untuk
makan siang di Rumah Sum-Sum. Letaknya di Jalan Lawang Gintung No. 21. Nyempil
di pojokan. Kalau kamu mau menuju jalan batu tulis, dari arah jalan
Siliwangi/Pajajaran, tengoklah sebelah kanan. Jangan sampai terlewat, karena
letaknya di jalan satu arah.
Penampakan. Sumber: http://www.banyumurti.net/2011/03/kuliner-142-rumah-sumsum-bogor.html |
Menu yang disajikan di tempat
makan ini tentunya semua yang berbahan sum-sum. Ada Sop Sum-Sum. Ada Nasi Bakar
Sum-Sum. Ada Sate Sum-Sum. Ada juga Es Sum-Sum. Ada juga beberapa makananan
lain yang kesumsum-sumsuman yang belum saya sebutkan.
Awalnya saya dan istri saya akan memesan
2 porsi paket 1. Yang berisi Sop Sum-Sum dan nasi putih serta teh botol. Tetapi setelah
melirik meja sebelah yang juga sedang menikmati Sop Sum-Sum, kami berubah
pikiran. Akhirnya kami memesan paket 2. Isi dari paket 2 adalah Sop Sum-Sum,
Nasi Bakar Sum-Sum, Iga Bakar dan juga nasi putih serta satu teh botol.
Ivan dan Selvi yang awalnya juga
akan memesan 2 porsi paket 1 akhirnya juga memesan seporsi paket 2.
Tak lama kemudian, Nasi Bakar Sum-Sum
dan Iga Bakar datang. Tanpa perlu dikomando, saya dan istri saya langsung
menyantap makanan yang sudah datang. Karena Sop Sum-Sum belum datang, maka kami
harus berbagi makanan terlebih dahulu. Sungguh sangat hemat romantis sekali. Makanan
sudah hampir habis. Sop Sum-Sum tak kunjung datang. Mungkin sang pemilik kedai
ingin menahan kami lebih lama. agar kedainya terlihat lebih ramai. Mungkin.
Iga Bakar plus Nasi Bakar |
Setelah beberapa waktu lamanya, Sop
Sum-Sum yang dinantikan akhirnya dihidangkan. Kepulan asapnya sungguh menggoda
sekali.
Sop Sum-Sum berisi Sop dengan potongan tulang sapi yang memenuhi mangkok. Sum-sum nya masih terletak di dalam tulangnya. Sehingga jika kita mau memakannya, harus menggunakan sedotan atau sendok teh. Perlu sedikit perjuangan memang. Tapi di situlah justru letak kenikmatannya. Bukankah suatu yang diperjuangkan, juga akan lebih berarti saat kita mendapatkannya.
Saya dan Sop Sum-Sum |
Saya mengambil nasi putih dan
berniat untuk membaginya dengan istri saya. Akan tetapi istri saya menolak nasi
yang saya tawarkan dan berdalih sudah terlalu kenyang. Sehingga saya terpaksa
menghabiskan semua nasinya. Sedangkan istri saya duduk santai sambil
srupat-sruput Sop Sum-Sum. Sesekali menyedot sum-sum yang masih di dalam tulang
sapi dengan menggunakan sedotan.
Baru beberapa sruputan dan
sedotan, istri saya sudah merasa sangat kenyang. Sehingga lagi-lagi, saya terpaksa
menghabiskan semuanya. Dengan usaha yang gigih, akhirnya saya mampu menghabiskan semua makanan yang terpesan. Saya hampir merasa mabok sum-sum, karena saking banyaknya porsi Sop Sum-Sum.
Bagi penggemar sum-sum garis
keras, tempat ini wajib untuk didatangi. Kalau hanya penggemar sum-sum
abal-abal seperti saya, tempat ini kurang begitu saya rekomendasikan. Apalagi yang
memiliki masalah dengan kolesterol, jangan dulu deh.