Kamis, 27 Agustus 2015

Mabok Di Rumah Sum-Sum

Bogor, kota yang dikenal dengan ceweknya yang cantik kota hujan, tampak sejuk meskipun matahari bersinar terik. Beberapa angkot yang jumlahnya entah sampai seribu atau tidak, lalu lalang di jalanan. Becampur dengan beberapa mobil dan motor berplat “B” yang juga ikut-ikutan memadati jalanan. Saya juga tak mau kalah, motor saya yang berplat “W” juga ikut menyelip-nyelip di tengah padatnya lalu lintas kota Bogor.
Kurang afdhol rasanya ke Bogor tapi belum incip-incip makanan di Bogor. Sehingga saya mantapkan hati untuk makan siang di Rumah Sum-Sum. Letaknya di Jalan Lawang Gintung No. 21. Nyempil di pojokan. Kalau kamu mau menuju jalan batu tulis, dari arah jalan Siliwangi/Pajajaran, tengoklah sebelah kanan. Jangan sampai terlewat, karena letaknya di jalan satu arah.

Penampakan. Sumber: http://www.banyumurti.net/2011/03/kuliner-142-rumah-sumsum-bogor.html
Menu yang disajikan di tempat makan ini tentunya semua yang berbahan sum-sum. Ada Sop Sum-Sum. Ada Nasi Bakar Sum-Sum. Ada Sate Sum-Sum. Ada juga Es Sum-Sum. Ada juga beberapa makananan lain yang kesumsum-sumsuman yang belum saya sebutkan.
Awalnya saya dan istri saya akan memesan 2 porsi paket 1. Yang berisi Sop Sum-Sum dan nasi putih serta teh botol. Tetapi setelah melirik meja sebelah yang juga sedang menikmati Sop Sum-Sum, kami berubah pikiran. Akhirnya kami memesan paket 2. Isi dari paket 2 adalah Sop Sum-Sum, Nasi Bakar Sum-Sum, Iga Bakar dan juga nasi putih serta satu teh botol.
Ivan dan Selvi yang awalnya juga akan memesan 2 porsi paket 1 akhirnya juga memesan seporsi paket 2.
Tak lama kemudian, Nasi Bakar Sum-Sum dan Iga Bakar datang. Tanpa perlu dikomando, saya dan istri saya langsung menyantap makanan yang sudah datang. Karena Sop Sum-Sum belum datang, maka kami harus berbagi makanan terlebih dahulu. Sungguh sangat hemat romantis sekali. Makanan sudah hampir habis. Sop Sum-Sum tak kunjung datang. Mungkin sang pemilik kedai ingin menahan kami lebih lama. agar kedainya terlihat lebih ramai. Mungkin.

Iga Bakar plus Nasi Bakar
Setelah beberapa waktu lamanya, Sop Sum-Sum yang dinantikan akhirnya dihidangkan. Kepulan asapnya sungguh menggoda sekali.
Sop Sum-Sum berisi Sop dengan potongan tulang sapi yang memenuhi mangkok. Sum-sum nya masih terletak di dalam tulangnya. Sehingga jika kita mau memakannya, harus menggunakan sedotan atau sendok teh. Perlu sedikit perjuangan memang. Tapi di situlah justru letak kenikmatannya. Bukankah suatu yang diperjuangkan, juga akan lebih berarti saat kita mendapatkannya.

Saya dan Sop Sum-Sum
Saya mengambil nasi putih dan berniat untuk membaginya dengan istri saya. Akan tetapi istri saya menolak nasi yang saya tawarkan dan berdalih sudah terlalu kenyang. Sehingga saya terpaksa menghabiskan semua nasinya. Sedangkan istri saya duduk santai sambil srupat-sruput Sop Sum-Sum. Sesekali menyedot sum-sum yang masih di dalam tulang sapi dengan menggunakan sedotan.
Baru beberapa sruputan dan sedotan, istri saya sudah merasa sangat kenyang. Sehingga lagi-lagi, saya terpaksa menghabiskan semuanya. Dengan usaha yang gigih, akhirnya saya mampu menghabiskan semua makanan yang terpesan. Saya hampir merasa mabok sum-sum, karena saking banyaknya porsi Sop Sum-Sum.
Bagi penggemar sum-sum garis keras, tempat ini wajib untuk didatangi. Kalau hanya penggemar sum-sum abal-abal seperti saya, tempat ini kurang begitu saya rekomendasikan. Apalagi yang memiliki masalah dengan kolesterol, jangan dulu deh.

Selasa, 25 Agustus 2015

Serunya Perayaan Hari Kemerdekaan Di Bantaran Kali Ciliwung

Ada berbagai cara untuk menyemarakkan perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah seperti Pesta Rakyat yang dilakukan oleh warga di bantaran kali Ciliwung.
Pesta Rakyat ini terdiri dari beberapa rangkaian acara. Acara yang pertama adalah bazar sembako murah. Harga per paket sembako adalah Rp. 30.000,-. Isi satu paket tersebut adalah beras 5 kg, gula 2 kg, minyak goreng 2 liter dan teh kantong 1 bungkus. Tentunya harga ini sangat murah mengingat harga-harga kebutuhan pokok semakin melambung tinggi.

Kupon Bazar Kali Ciliwung

Sembako yang akan dibagikan
Warga mengantri untuk mengambil sembako
Selain bazar sembako, juga digelar teater sederhana yang melakonkan perlawanan masyarakat betawi terhadap kaum penjajah. Kegigihan masyarakat betawi untuk mengusir penjajah dilakonkan dengan apik oleh anak-anak teater. Warga sekitar, khususnya anak-anak, sangat antusias menyaksikan teater sederhana ini.

Serunya teater sederhana di Bantaran Kali Ciliwung
Perlawanan warga Betawi tempo dulu terhadap kaum penjajah

Anak-anak yang menyaksikan teater
Selain itu, ada juga beberapa lomba yang diadakan. Yang paling ramai adalah lomba gebuk bantal. Acara ini diadakan di pinggir sungai Ciliwung yang sudah dibersihkan.

Peserta lomba Gebuk Bantal yang sedang bertanding

Kegembiraan yang terpancar ketika lomba berlangsung
Selain itu, juga ada lomba makan kerupuk, pukul kendi, memasukkan belut ke dalam botol dan gigit koin. Kebanyakan peserta nya adalah anak-anak. Berikut serunya beberapa lomba yang sempat terekam oleh lensa kamera saya.

Kerupuk yang akan dimakan oleh peserta lomba

Para peserta bersiap-siap untuk memakan kerupuk

TNI yang merupakan panitia lomba sedang menyiapkan lomba pukul kendi

Peserta beradu cepat untuk memasukkan belut ke dalam botol

Serunya lomba gigit koin

Wajah yang berlumur coklat setelah lomba gigit koin

Dan satu lagi, lomba yang sudah menjadi ikon. Yaitu lomba panjat yang belum di-pinang. Lomba ini di mulai setelah semua lomba yang lain selesai.

Pohon pinang yang akan dipanjat

Peserta sedang berusaha memanjat pinang

Lagi, peserta bekerjasama berusaha memanjat pinang

Selain itu, juga ada parade boat yang melintasi Kali Ciliwung. Dikabarkan, orang nomer satu Jakarta akan ikut rombongan parade boat yang melintasi kali Ciliwung. Sehingga banyak warga yang menunggu di pinggir kali untuk menyaksikan orang nomer satu itu lewat.

Warga menunggu Pak Ahok melewati Kali Ciliwung




Ondhel-Ondhel juga ikut memeriahkan acara ini

Parade boat di kali Ciliwung
Wartawan juga banyak yang meliput acara ini

Sudah lama ditunggu, rombongan boat yang sekiranya membawa Pak Ahok tak kunjung muncul. Meskipun begitu, warga tak begitu kecewa, karena lurah mereka ternyata ikut dalam rombongan parade boat tersebut. Ibu Lurah yang boleh dibilang cantik ini, melambaikan tangan kepada warga yang memanggil-manggil namanya.

Untung Ibu Lurahnya cantik
Sebagai pengingat, bagi saya sendiri khususnya, kali (sungai) bukanlah tempat untuk membuang sampah.
Peace, love and gauuull

Kamis, 13 Agustus 2015

[Gagal] Dapat Uang 20 Juta



Malam itu saya rebahan di kamar sambil melihat acara di televisi. Tiba-tiba terdengar chant dari supporter Arsenal. Makin lama makin keras (tolong jangan berpikiran negatif). Saya baru sadar, itu adalah dering dari hp saya. Kontan saya segera berlari dan menerima panggilan itu. Dari layar terlihat nomor telepon dari orang yang belum saya kenal.
“Halo. Selamat malam,” sapa saya.
“Selamat malam Pak,” jawabnya. Suaranya sangat mirip seperti teman saya ketika mengerjai saya dengan nomor barunya. Jadi saya pikir itu teman saya.
“Selamat malam Pak. Enek opo bos?” (Selamat malam, Pak. Ada apa bos?).
“Maaf Pak, selamat malam. Saya dari GraPARI Pusat,” jawabnya.
Owalah, ini dari Telkomsel toh. Saya kira dari teman saya. Saya tahu ini pegawai Telkomsel odong-odong. Karena saya juga penah di telepon oleh telkomsel untuk survey kepuasan konsumen. Yang muncul di layar saya langsung ada nama Telkomsel. Bukan nomor telepon seperti seperti punya bapak yang menelepon saya.
“Oh iya Pak. Selamat malam. Ada apa ya pak malam-malam telepon?” tanya saya. Saya ingin sekali bilang, panggil saja mas, atau dik. Karena sepertinya bapak lebih tua dari saya. Tapi saya tidak  berani. Takut si bapak marah.
“Tadi pukul 3 sore, kami menayangkan iklan di ANTV yang mengumumkan 3 pelanggan Telkomsel yang beruntung mendapatkan uang 20 juta rupiah dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 60. Apa Bapak melihat?” tanyanya.
Seeetdah, panjang sekali narasinya. Suaranya dimirip-miripkan seperti mbak-mbak CS yang meluluhkan hati. Akan tetapi yang ini sangat kaku. Saya hampir tertawa ketika mendengar logatnya, akan tetapi saya tahan. Takut si bapak melihat saya.
“Wah maaf Pak. Tadi saya masih kerja. Ga sempat lihat televisi,” jawab saya.
“Nomor bapak terpilih sebagai pemenang. Selamat ya Pak,” katanya.
“Wah, terima kasih banyak Pak. Terus gimana Pak uang saya?” tanya saya.
“Kami akan mengirimkan uang bapak dengan cara mentransferkan uang bapak,” jawabnya.
“Ooooh, begitu ya Pak,” jawab saya.
“Bapak punya rekening bank apa? Agar saya bisa mentransfer uang bapak,” tanyanya.
“Wah, saya belum punya rekening Pak. Gimana dong Pak?” tanya saya.
“Oh, yasudah Pak. Nanti kalu sudah punya rekening di bank, tolong sms saya,” jawabnya. Lalu kemudian panggilan dihentikan.
Sebetulnya saya masih ingin bicara lebih lama dengan bapak-bapak ini. Lumayan untuk menemani saya di malam yang sepi. Karena waktu itu, istri saya sedang tidak berada di rumah. Tapi si bapak malah memilih mengakhiri panggilan ini. Huft.
Hilang kesempatan saya untuk mendapatkan uang 20 juta. Tapi saya selow. Biasa aja. Tidak terlalu shock. Karena menurut saya ini hanyalah salah satu modus penipuan berkedok menang undian. Jikapun memang saya benar-benar menang, berarti bukan rejeki saya.
Jika memang bapak tadi mau menipu saya, semoga bapak segera sadar. Segera kembali ke jalan yang benar. Kalau sudah berada di jalan yang benar, jangan lupa saya juga di ajak. Kaarena saya juga masih mencari jalan yang benar. Semoga saya dan bapak sama-sama diberi kesuksesan dunia akhirat.
Amin