Tak sengaja bertemu dengan
sesorang yang kita kenal di suatu tempat, kadangkala membuat kita terkejut. Bisa
terkejut jadi senang, karena ada orang yang bisa kita ajak bicara. Bisa juga
terkejut jadi takut, karena kita tak mau menemui orang tersebut karena suatu
alasan. Pada kali ini, saya akan mencoba membagi pengalaman saya ketika bertemu
seseorang.
Begini Ceritanya...
Pagi itu matahari belum terlalu
terik. Karena waktu memang masih menunjukkan sekitar pukul tujuh pagi. Jalanan
ramai dengan anak sekolah yang berangkat menuju sekolah tentunya.
Saya berdiri dibawah pohon, yang
tumbuh dipinggir jalan, sambil menunggu bus. Beberapa orang dengan tampilan
perlente dengan baju dinasnya, sepertinya juga sedang menunggu bus. Beberapa
tukang becak yang mengarahkan beberapa calon penumpang. Dia juga sedang
menunggu bus, agar mendapat ceperan dari kondektur.
Sudah setengah jam lebih, bus
yang dinantikan tak kunjung datang. Calon penumpang semakin bertambah banyak.
Kegiatan tunggu menunggu ini jadi
terasa lebih lama, karena tidak ada teman yang bisa diajak bicara. Banyak orang
di situ, tapi tidak ada yang saya kenal. Dan saya adalah tipe orang yang kurang
berani mengajak bicara orang yang belum begitu kenal. Hingga akhirnya semua
berubah ketika negara api menyerang datanglah seorang calon penumpang yang
sepetinya saya kenal.
Awalnya saya ragu, apakah saya
harus menyapanya atau tidak. Karena memang sudah lama kami tidak bersua. Terakhir
kali kami bertemu adalah lima tahun yang lalu. Saya ragu, apakah dia akan
mengenali saya. tapi akhirnya saya memberanikan diri untuk menyapanya.
“Hai, bunga (bukan nama bapaknya)
kan?” tanyaku.
Glekk, bunga yang tidak siap
disapa oleh orang senyentrik saya, jadi gelagapan. Dia hanya melirik saya, lalu
melanjutkan berbicara dengan sesama teman perempuannya. Lalu saya menepuk
bahunya. Lalu dia menoleh.
“Kamu Bunga kan?” saya bertanya
lagi untuk mematikan.
“Iya, bentar ya Yud, saya masih
mengobrol dengan teman saya,” jawabnya.
Glekk lagi, ternyata dia masih
mengingat nama saya. Tapi dia masih asyik mengobrol dengan temannya. Merasa di
anggurin, saya melipir agak menjauh. Dia dan temannya masih cekikikan. Saya tak
tahu apa yang mereka bicarakan.
Beberapa saat kemudian, dia
celingak-celinguk. Mungkin mencari saya. Atau mungkin cuma mencari sesuatu. Entah
saya tidak tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar