Malam itu saya rebahan di kamar
sambil melihat acara di televisi. Tiba-tiba terdengar chant dari supporter Arsenal.
Makin lama makin keras (tolong jangan berpikiran negatif). Saya baru sadar, itu
adalah dering dari hp saya. Kontan saya segera berlari dan menerima panggilan
itu. Dari layar terlihat nomor telepon dari orang yang belum saya kenal.
“Halo. Selamat malam,” sapa saya.
“Selamat malam Pak,” jawabnya. Suaranya
sangat mirip seperti teman saya ketika mengerjai saya dengan nomor barunya.
Jadi saya pikir itu teman saya.
“Selamat malam Pak. Enek opo bos?”
(Selamat malam, Pak. Ada apa bos?).
“Maaf Pak, selamat malam. Saya dari
GraPARI Pusat,” jawabnya.
Owalah, ini dari Telkomsel toh. Saya
kira dari teman saya. Saya tahu ini pegawai Telkomsel odong-odong. Karena saya
juga penah di telepon oleh telkomsel untuk survey kepuasan konsumen. Yang muncul
di layar saya langsung ada nama Telkomsel. Bukan nomor telepon seperti seperti
punya bapak yang menelepon saya.
“Oh iya Pak. Selamat malam. Ada apa
ya pak malam-malam telepon?” tanya saya. Saya ingin sekali bilang, panggil saja
mas, atau dik. Karena sepertinya bapak lebih tua dari saya. Tapi saya tidak berani. Takut si bapak marah.
“Tadi pukul 3 sore, kami
menayangkan iklan di ANTV yang mengumumkan 3 pelanggan Telkomsel yang beruntung
mendapatkan uang 20 juta rupiah dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke
60. Apa Bapak melihat?” tanyanya.
Seeetdah, panjang sekali
narasinya. Suaranya dimirip-miripkan seperti mbak-mbak CS yang meluluhkan hati.
Akan tetapi yang ini sangat kaku. Saya hampir tertawa ketika mendengar
logatnya, akan tetapi saya tahan. Takut si bapak melihat saya.
“Wah maaf Pak. Tadi saya masih
kerja. Ga sempat lihat televisi,” jawab saya.
“Nomor bapak terpilih sebagai
pemenang. Selamat ya Pak,” katanya.
“Wah, terima kasih banyak Pak. Terus
gimana Pak uang saya?” tanya saya.
“Kami akan mengirimkan uang bapak
dengan cara mentransferkan uang bapak,” jawabnya.
“Ooooh, begitu ya Pak,” jawab
saya.
“Bapak punya rekening bank apa?
Agar saya bisa mentransfer uang bapak,” tanyanya.
“Wah, saya belum punya rekening
Pak. Gimana dong Pak?” tanya saya.
“Oh, yasudah Pak. Nanti kalu
sudah punya rekening di bank, tolong sms saya,” jawabnya. Lalu kemudian panggilan
dihentikan.
Sebetulnya saya masih ingin
bicara lebih lama dengan bapak-bapak ini. Lumayan untuk menemani saya di malam
yang sepi. Karena waktu itu, istri saya sedang tidak berada di rumah. Tapi si
bapak malah memilih mengakhiri panggilan ini. Huft.
Hilang kesempatan saya untuk
mendapatkan uang 20 juta. Tapi saya selow. Biasa aja. Tidak terlalu shock. Karena
menurut saya ini hanyalah salah satu modus penipuan berkedok menang undian. Jikapun
memang saya benar-benar menang, berarti bukan rejeki saya.
Jika memang bapak tadi mau menipu
saya, semoga bapak segera sadar. Segera kembali ke jalan yang benar. Kalau sudah
berada di jalan yang benar, jangan lupa saya juga di ajak. Kaarena saya juga
masih mencari jalan yang benar. Semoga saya dan bapak sama-sama diberi
kesuksesan dunia akhirat.
Amin
20 juta lo yud :D
BalasHapusluamayn itu :P
Uuuuuuwakeh iku mas. Umpomo aku oleh temenan. Kayk e wonge ngapusi. hahaha
Hapus