Cerita ini hanya fiksi
belaka. Apabila ada kesamaan nama atu tokoh, itu hanya kebetulan semata.
“Akhirnya kelar juga”, gumamku dalam hati. Kulirik jam yang
menempel angkuh di dinding, jarumnya yang pendek menunjuk angka 9. Jarumnya
yang panjang menunjuk angka 1.
“Sudah makan belum bro?” tanya teman kantorku yang kebetulan
belum pulang juga.
“Belum bro, nanti sekalian beli makan pas pulang ke kosan,”
jawabku sambil mematikan komputer.
“Kamu sudah makan bro?” aku bertanya balik. Tapi taka ada
jawaban.
“Cepet banget tu anak’” gumamku. Lalu aku bergegas menuju
lift. Ketika menuju lift, aku melihat kamar mandi menyala, dan mendengar bunyi
flushing toilet. Mungkin tadi anak ini terburu-buru kebelet pipis. Jadinya
cepet banget.
“Aku tunggu di bawah ya bro,” sapaku ke dalam orang yang ada
di toilet.
“Oke bro,” jawabnya.
Setelah itu, aku masuk lift menuju ke lantai dasar.
“Malam Pak Nasrul,” sapaku kepada Pak Nasrul, security yang
sedang bertugas.
“Selamat malam Mas. Tumben Mas Adhit pulang malam?” tanya beliau
ramah.
“Iya Pak, masih ada yang harus dikerjakan,” jawabku. Lalu aku
duduk sambil menunggu Tito turun. Aku menunggu hingga lebih dari 30 menit, tapi
Tito tak kunjung tururn.
“Lama bener Tito ini. Ngapain aja dia di kamar mandi,”
kataku.
“Mas Adhit nunggu Mas Tito?”
“Iya Pak, tadi dia ke kamar mandi dulu. Lalu saya bilang saya
tunggu di bawah,” jawabku.
“Maaf ya Mas Adhit. Seingat saya Mas Tito sudah keluar kantor
dari tadi. Dia juga sempat menyapa saya,” ujar Pak Nasrul.
“Ah yang bener Pak. Lha tadi saya sempet ngobrol kok,” sanggahku
tak percaya.
“Mas Adhit melihat wajahnya?” tanya Pak Nasrul.
“Ehmmmmm.” Setelah aku ingat-ingat. Aku tak melihat wajahnya.
Hanya mendengar suaranya. Saat dia, atau seseorang yang mirip dia, menanyaiku
aku sedang sibuk mematikan komputer. Dan saat di kamar mandi, aku jelas tidak
bisa melihat wajahnya. Tapi….. Tapi suaranya aku hafal sekali. Bahwa itu adalah
suara Tito.
“Hahaha. Mas Adhit dikerjain tuh,” ledek Pak Nasrul. “Saya
juga sering kok,” ujar beliau sambil terkekeh.
“Ah masa sih. Sebentar, saya telepon Tito dulu.”
“Halo bro. Sorry
malam-malam ganggu. Kamu ada dimana sekarang?” tanyaku.
“Aku sudah di kosan
bro. ada apa?” tanyanya di seberang telepon.
“Oh, ga apa-apa. Okelah
kalo begitu,” jawabku yang kemudian mematikan telepon.
Lalu, muncul tanda tanya besar di benakku. Jadi, yang dari
tadi aku ajak bicara siapa?