Kamis, 19 Maret 2015

Saat Beli Regulator Dikasihnya Kalkulator. Di Situ Kadang Saya Merasa Sedih

Selamat pagi, siang, sore dan malam. Tergantung kapan para pembaca mengunjungi blog saya ini. Sudah sebulan saya tidak posting artikel baru. Karena saya tidak mau asal memposting artikel (Ngeles, aslinya cuma blogger kambuhan. Mau nulis kalau lagi mood).

Semoga dengan artikel ini, saya bisa lebih istiqamah lagi dalam menulis artikel. Biar tidak jadi blogger kambuhan. Pada postingan kali ini saya ingin membagi pengalaman saya saat membeli regulator. 

Saya lupa kapan dan detailnya seperti apa. Tapi saya akan mencoba untuk menceritakan kembali. Kurang lebihnya seperti ini.
“Ada regulator Mbak?” tanya saya.
“Ada Mas. Yang merk apa?” tanya Mbak penjaga toko.
“Quantum ada ga mbak?”
“Ga ada mas. Adanya Karce.”

Dalam hati saya, ini kok mirip merk kalkulator ya.
“Coba lihat Mbak.”
Mbak nya mencari sesuatu di rak kaca. Lalu dia mengeluarkan sebuah barang yang saya yakin itu adalah kalkulator. Bukan regulator. Disitu kadang saya merasa sedih.

“Regulator Mbak, bukan kalkulator,” kata saya. Waktu itu saya sudah mau tertawa. Tapi sepertinya tidak etis. Menertawakan seseoranga karena ketidaktahuannya. Jadi saya bersikap lebih bijaksana dengan menjelaskan apa itu regulator.

“Regulator itu yang kayak gimana ya Mas.”
“Regulator itu Mbak, sebuah alat yang bisa kita gunakan untuk menghitung,” kata saya dalam hati. Tapi tidak jadi saya ucapkan.
“Regulator itu yang seperti itu Mbak,” sambil menunjuk regulator yang menempel di dinding toko. “Tapi tidak usah pakai selang, regulatornya saja.”
“Oooooh, kepala buat tabung gas?”
“Iya Mbak,” jawab saya kalem.
“Bilang dong mas. Kepalanya tabung gas. Saya ngerti. Pakai diganti regulator segala. Yang ini harganya 65ribu,” jawab Mbak nya sambil mengulurkan regulator merk wingas.

Saat Beli Regulator Dikasihnya Kalkulator. Di Situ Kadang Saya Merasa Sedih...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar