Selasa, 10 September 2013

Ketika Syahadat Menggetarkan Hatiku

Papua New Guinea
Syahadat merupakan Rukun Islam yang pertama. Yang terdiri dari dua kalimat yang berbunyi: Asyhadu an-laa ilaaha illallaah (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah). Wa asyhadu anna Muhammadan rosuulullah (Dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah). Dan apabila seseorang mengucapkan kalimat ini, maka dia secara resmi memeluk agama Islam.
Bagi, saya, yang konon merupakan muslim sejak saya lahir. Sudah familiar dengan bacaan syahadat. Paling sedikit, saya membaca syahadat 9 kali dalam sehari. Yaitu pada sholat-sholat fardhu. Belum lagi kalau kita melakukan sholat sunnah. Sudah pasti kita juga membaca syahadat dalam sholat sunnah tersebut.
Saya tidak pernah menyangka. Kalimat syahadat ini bisa memberikan efek yang luar biasa terhadap saya suatu saat nanti. Tubuh rasanya seperti tersengat aliran listrik beribu-ribu volt pada saat mendengarnya. Itu kayak gimana ya rasanya. Soalnya belum pernah tersengat listrik segitu. Hehehe. Intinya, efek dari kalimat syahadat tersebut dahsyat banget bro.
Kejadiannya baru tadi malem bro. Setelah sholat isya, seorang imam mengumumkan bahwa ada seorang muallaf. Sebetulnya muallaf yang mengganti namanya menjadi Abdurrahman setelah memeluk Islam, sudah mengucapkan syahadat kemarin. Tetapi, dia ingin mengulanginya lagi dan disaksikan para jamaah yang hadir. Dengan dibimbing imam tadi, Abdurrahman dengan mata berbinar, mengucapkan dua kalimat syahadat.
Aku yang kebetulan berada di shaf depan, hanya terdiam mendengarkan Abdurrahman mengucapkan ikrar untuk memeluk Islam. Aku hafal mati bacaan syahadat. Tapi setelah apa yang aku dengar, aku merasa sesuatu yang berbeda. Jantungku berdebar sangat kencang. Antara takjub dan rasa senang yang saling berkejaran satu sama lain.
Aku merasa waktu sejenak berhenti. Seolah-olah memberikan kesempatan kepadaku. Untuk menerjemahkan arti dari syahadat yang selama ini aku ucapkan. Tiba-tiba ada rasa panas di ujung mataku. Pandangan mataku sedikit kabur. Aku segera mengusap cairan yang akan tumpah dari mataku dengan lengan bajuku. Tengsin donk, masa wajah garang gampang nangis. Hehehe...
Setelah Abdurrahman mengucapkan dua syahadat, semua jamaah meneriakkan kata Allahu Akbar. Membuat hatiku semakin tersentak. Ya, benar. Tak ada tepuk tangan. Hanya teriakan Allahu Akbar. Yang menggema di dalam masjid. Membuatku kembali terhentak untuk kedua kalinya. Setelah itu, para jamaah menyalami Abdurrahman, dan memberikan kesiapan untuk membantunya memahami Islam lebih dalam.
Dari kejadian ini, bisa kita pelajari bahwa hidayah Allah bisa turun kepada siapapun. Bahwa sesungguhnya yang seperti sangatlah mudah bagi Allah. Allahu Akbar. Setelah peristiwa ini, rasa cinta saya terhadap Allah dan Rosulnya semakin bertambah. Kita sebagai generasi muslim. Harus bisa menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin. Rahmat bagi seluruh alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar