Selasa, 11 Agustus 2015

[Tidak Ada Judul]



Tak sengaja bertemu dengan sesorang yang kita kenal di suatu tempat, kadangkala membuat kita terkejut. Bisa terkejut jadi senang, karena ada orang yang bisa kita ajak bicara. Bisa juga terkejut jadi takut, karena kita tak mau menemui orang tersebut karena suatu alasan. Pada kali ini, saya akan mencoba membagi pengalaman saya ketika bertemu seseorang.
Begini Ceritanya...
Pagi itu matahari belum terlalu terik. Karena waktu memang masih menunjukkan sekitar pukul tujuh pagi. Jalanan ramai dengan anak sekolah yang berangkat menuju sekolah tentunya.
Saya berdiri dibawah pohon, yang tumbuh dipinggir jalan, sambil menunggu bus. Beberapa orang dengan tampilan perlente dengan baju dinasnya, sepertinya juga sedang menunggu bus. Beberapa tukang becak yang mengarahkan beberapa calon penumpang. Dia juga sedang menunggu bus, agar mendapat ceperan dari kondektur.
Sudah setengah jam lebih, bus yang dinantikan tak kunjung datang. Calon penumpang semakin bertambah banyak.
Kegiatan tunggu menunggu ini jadi terasa lebih lama, karena tidak ada teman yang bisa diajak bicara. Banyak orang di situ, tapi tidak ada yang saya kenal. Dan saya adalah tipe orang yang kurang berani mengajak bicara orang yang belum begitu kenal. Hingga akhirnya semua berubah ketika negara api menyerang datanglah seorang calon penumpang yang sepetinya saya kenal.
Awalnya saya ragu, apakah saya harus menyapanya atau tidak. Karena memang sudah lama kami tidak bersua. Terakhir kali kami bertemu adalah lima tahun yang lalu. Saya ragu, apakah dia akan mengenali saya. tapi akhirnya saya memberanikan diri untuk menyapanya.
“Hai, bunga (bukan nama bapaknya) kan?” tanyaku.
Glekk, bunga yang tidak siap disapa oleh orang senyentrik saya, jadi gelagapan. Dia hanya melirik saya, lalu melanjutkan berbicara dengan sesama teman perempuannya. Lalu saya menepuk bahunya. Lalu dia menoleh.
“Kamu Bunga kan?” saya bertanya lagi untuk mematikan.
“Iya, bentar ya Yud, saya masih mengobrol dengan teman saya,” jawabnya.
Glekk lagi, ternyata dia masih mengingat nama saya. Tapi dia masih asyik mengobrol dengan temannya. Merasa di anggurin, saya melipir agak menjauh. Dia dan temannya masih cekikikan. Saya tak tahu apa yang mereka bicarakan.
Beberapa saat kemudian, dia celingak-celinguk. Mungkin mencari saya. Atau mungkin cuma mencari sesuatu. Entah saya tidak tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar